Pahami Apa Yang Dimaksud Logical Fallacy dan Kenali 7 Tipenya
olehCleva 26 Oktober 2022
Ilustrasi seseorang sedang melakukan proses pengambilan keputusan. Sumber pixabay
olehCleva 26 Oktober 2022
Ilustrasi seseorang sedang melakukan proses pengambilan keputusan. Sumber pixabay
Pernah enggak kalian membaca komentar yang mengecohkan dan keluar dari isu objek diskusi? Biasanya sih hal tersebut muncul di media sosial baik itu Twitter, Facobook, bahkan Instagram sekalipun. Biasanya sih komentar tersebut muncul ketika unggahan/postingan berbau politik, isu sosial, maupun agama.
Nah, pengecohan isu terjadi karena adanya kesalahan berpikir atau yang lebih lumrah disebut logical fallacy. Biasanya orang yang melakukan logical fallacy seakan-akan menutup mata dan membiarkan ketidakmampuanya untuk berpikir kritis sebagai argumen untuk menyerang lawan debatnya.
Di Indonesia sendiri, banyak sekali pelaku logical fallacy. Orang-orang seperti ini biasanya adalah orang bayaran atau mungkin orang yang asal nimbrung tanpa mengetahui kontek diskusi yang sedang berjalan.
Agar kalian lebih paham, ada 7 tipe sesat berpikir yang sering terjadi di Indonesia.
1. The appeal to the populace
Tipe ini muncul dari kesesatan berpikir yang muncul dari kesimpulan yang terlalu mengacu pada pandangan popular atau standar. Contohnya, istri yang baik dan hebat adalah dia yang mampu memasak dan mampu mengurus anak dengan baik. Dan jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka akan dianggap tidak baik atau tidak hebat sama sekali oleh pelaku logical fallacy.
2. The appeal to the emotion
Tipe yang kedua pelaku logical fallacy adalah dia yang sering menyelipkan perasaan atau emosi dalam setiap argumenya. Hal tersebut adalah akibat dari rasa iba. Contohnya, ketika ada anggota dewan dijadikan tersangka akibat korupsi namun dari partai yang mengusung keagamaan, maka mereka akan merasa iba dan berkeberatan karena menurutnya, seorang ahli agama adalah orang yang tahu dosa dan baik hati.
3. The red herring
Tipe yang ketiga adalah ketika ada satu isu, maka dia akan mengalihkan pembicaraan isu tersebut ke isu yang lain. Tujuan hal tersebut agar orang yang membaca/mendengar opininya terkecoh. Contohnya, ketika satu orang berdiskusi mengenai bahaya merokok, maka sesat berpikir yang terjadi adalah dia akan menimpali dengan mencontohkan bahwa dirinya seorang perokok dan tidak terjadi apapun pada dirinya selama ini.
4. The straw man
Sesat berpikir yang kelima adalah dia yang menempatkan komentator yang lain dengan posisi terancam dan membuat interpretasinya salah sehingga mudah diserang. Contohnya, ketika ayahmu menyuruhmu istirahat setelah sekian jam kamu bolak-balik menghadap layar smartphone, tapi kamu malah marah dan menganggapnya gak ingin anaknya menjadi pintar dan update akan isu terkini.
5. Argument against the person
Sesat berpikir kelima adalah ketika argumentasi yang dikeluarkan malah membuat citra pihak tertentu menjadi buruk. Contohnya ketika ada perempuan yang berpendapat bahwa pelecehan seksual terjadi di banyak tempat, maka seseorang dengan sesat pikir akan menimpali bahwa hal itu terjadi akibat pakaian perempuan yang terlalu minim.
6. The appeal to force
Tipe ini merupakan kesesatan berpikir yang didasari kepentingan tertentu dengan paksaan yang disamarkan dalam argumennya. Misalnya saja, ketika ada pemilihan ketua BEM di kampusmu, seorang pelaku logical fallacy berkata bahwa semua mahasiswa sebaiknya memilih si A, sebab A adalah mahasiswa yang disenangi banyak dosen dan mampu membuat program-progam yang keren. Padahal, alasan itu bukanlah alasan yang sebenarnya, sebab program-progam keren yang dibuatnya belum tentu bisa dieksekusi dan bermanfaat.
7. Missing the point
Nah, tipe yang terakhir ini adalah dia yang argumenya tidak terbentuk kuat. Sehingga ketika lawan bicara menyanggahnya, maka dia akan mengikuti karena menganggap argument orang lain lebih kuat darinya.
Nah, itulah tujuh tipe pelaku logical fallacy. Sebisa mungkin kalian hindari logical fallacy atau sesat berpikir saat berargumen ya. Tunjukanlah bahwa dengan intelektualmu kamu mampu membuat argumen yang hebat dengan dasar ilmu pengetahuan yang mempuni.